Langsung ke konten utama

Langit Yang Kekal

    


{teras rumah yang hangat]

    Hari ini malam sedang gelap karena PT penanganan listrik sedang memadamkan aliran kerumah-rumah. Hari ini adalah hari yang melelahkan bagiku. Rasanya begitu capai. Tekanan hidup, beban hidup, dan tuntutan hidup sedang melanda berat-beratnya. Akan tetapi,  aku mensyukuri untuk diriku hari ini.  Ia lebih kuat dari yang dulu, 2 atau 3 bulan yang lalu bahkan beberapa tahun lalu. Tentu semua itu adalah atas ijin dari Allah. 
    Aku keluar ke teras rumah untuk memandang langit malam. Aku memandangnya sambil ku renungi perintah-perintah Tuhanku, kebesaran Tuhanku, dan kesempurnaan Tuhanku. Dia (Allah) begitu indah sekali menciptakan alam semesta ini. Alam semesta yang Allah ciptakan begitu presisi, aaghh tak mampu kalimat mendeskripsikan ke-wah-an ciptaan-Nya. Aku  terkagumkan dengan ciptaan-Nya itu. Ingin rasanya menangis tapi air mata hanya tertahan dikelopak. Terlalu sombong diri ini,  padahal hanya Allah yang maha. (Siapa sih manusia? Apakah manusia berbuat tanpa ada campur tangan Allah?) Selain langit ini membuatku kagum, langit yang indah ini  juga mengobati lelahku. Teringat dalam lelah ini pula firman Allah ketika memandang langit hari ini , Surah Al-Mudatsir. Surah itu selalu terngiang dipikiranku akhir-akhir ini. Dalam Buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Al-Mubarakfuri, surah Al-Mudatsir seakan Allah memerintahkan untuk kita bangkit.  Kita tidak boleh bermalas-malasan, tidak untuk berpikir hanya untuk diri sendiri,  dan tidak boleh berleha-leha hidup dunia sebagai seorang muslim. Seakan juga Allah memberitahu,  "sudah bukan waktunya untuk bersantai manusia,  gak ada lagi waktu istirahat, bangun,  berilah peringataan".~Hiksss,  hidupp berat bangett :).~Selain itu,  dalam surah Al-Balad Allah berfirman bahwa manusia itu selalu dalam kesukaran, neraka adalah tempat istirahat paling buruk,  dan surga adalah tempat istirahat paling indah. Makna suratnya dalem banget, mengujam,  menampar.
    Mataku masih memandang langit,  tetapi pikiranku terus berputar dengan pikiran tersebut. Kemudian banyak pertanyaan muncul yang membuat hatiku sedih dan takut. Aku tengok apa yang telah diriku lakukan. Aku ini layak tidak untuk menghuni surganya Allah. Aku masihkah bisa untuk memandang keindahan ciptaan Allah seperti yang aku pandang saat ini. Aku memandang keindahan di kehidupan Orang-orang sholeh terdahulu sudah dijamin surganya,  tetapi kualitas ibadahnya terus meningkat. Bagaimana aku?  Surga aja belum jelas, hisab juga belum jelas, tapi selalu ingin beristirahat dan bermalas-malasan.  (Ya Allaaahhhh... Hamba seperti apa aku... :( )
    Dunia masih menjadi awal perjalanan kekal kembali di kehidupan akhirat. Kita masih melewati alam barzakh, yaumul hisab,  dan seterusnya. Aduuhh... Keadaan seperti apa aku ketika melewati semua itu. Engkau perintahkan untuk diriku belajar, tetapi aku belajar karena nilai. Engkau perintahkan menjauhi zina,  tetapi dulu aku pernah pacaran. Engkau perintahkan menundukan pandangan,  tetapi aku memandang kemaksiatan. Banyak lagi dosa aku langgar Ya Ghafur. Bisakah aku hidup di alam yang kekal memandang keindahan ini dengan rasa tenang tanpa memikirkan aku perlu lelah bukan merasakan siksa yang aku dapat? Semoga kita menjadi hamba yang mendapat rahmat Allah yaa :)


~ditulis 30 Juni 2020,waktu maghrib-isya~

Komentar